Friday, 1 January 2016
MODEL MODEL PTK
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Untuk melakukan Penelitian Tindak Kelas (PTK),terlebih
dahulu dikemukakan model-model atau desain-desain penelitian tindakan yang
selama ini digunakan. Hal ini dimaksudkan agar wawasan kita menjadi lebih luas
dan dengan mengetahui berbagai design model penelitian tindakan kelas,
design yang dikebangkan akan menjadi lebih jelas dan terarah.
Pada prinsipnya diterapkan PTK dimaksudkan untuk
mengatasi suatu permasalahan yang terdapat didalam kelas. Ada beberapa
model atau design yang dapat diterapkan. Design-design tersebut diantaranya :
1). Model Kurt Lewin, 2). Model Kemmis Mc Taggart, 3). Model John Elliot,
4). Model Dave Ebbutt
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada rumusan masalah sebagai
berikut:
1Bagaimana
identifikasi model PTK Kurt Lewin?
2.Bagaimana
identifikasi model PTK Kemmis dan Mc Taggart?
3.Bagaimana
identifikasi model PTK John Elliott?
4.
Bagaimana identifikasi model PTK Dave Ebbutt?
C.Tujuan Pembelajaran
1.Untuk
mengetahui identifikasi model PTK Kurt Lewin.
2.
Untuk mengetahui identifikasi model PTK Mcel Kemmis dan Mc Taggart.
3.
Untuk mengetahui identifikasi model PTK John Elliott.
4.
Untuk mengetahui identifikasi model PTK Dave Ebbutt
BAB II
Pembahasan
A. Model PTK Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya
berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan
demikian, karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research
atau penelitian tindakan.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri
dari empat komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting),
c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan
keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
Acting/tindakan
Planning
/perencanaan
Observating/observasi
Reflecting/refleksi
[1]Pertama,menyusun perencanaan(planning),Pada tahap ini
kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat rpp,mempersiapkan fasilitas dari
sarana pendukung yang diperlukan dikelas,mempersiapkan instrument untuk merekam
dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
Kedua,melaksanakan tindakan(acting).Pada tahap ini peneliti
melakukan tindakan tindakan yang telah dirumuskan dalam rpp, dalam situasi yang
actual,yang meliputi kegiatan awal,inti dan penutup.
Ketiga melaksanakan pengamatan (observing)pada tahap ini
yang harus dilaksanakan adalah,mengamati perilaku siswa siswi yang sedang
mengikuti kegiatan pembelajaran.Memantau kegiatan diskusi atau kerja sama
antar kelompok mengamati pemahaman tiap tiap siswa dalam penguasaan
materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan PTK.
Keempat melakukan refleksi (reflecting) pada tahap ini yang
harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil
observasi,menganalisis hasil pembelajaran,mencatat kelemahan kelemahan untuk
dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya.sampai tujuan PTK
tercapai.
B. Model PTK Kemmis dan Mc. Taggart
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin
Mc. Taggart tidak terlalu berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan
demikian karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen
seperti yang dilaksanakan Lewin.
Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya
sesudah ada refleksi, diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan
dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali
siklus.
Secara keseluruhan,empat tahapan dalam PTK tersebut
membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. [2]Pada
hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan Taggart berupa siklus dengan
setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan
(tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi yang dipandang sebagai satu
siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan
yang perlu dipecahkan. Pada umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK yang
dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini pada umumnya
berdasarkan model PTK Kemmis dan McTaggart ini.
C. Model PTK John Elliot
Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di
atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini
tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap
siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi
(tindakan).
Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa
langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan
belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot
ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara
taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya
setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu
pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di
dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak
akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam
beberapa hal tersebut itulah yang menyebabkan John
Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan
kedua model sebelumnya.
D.Model PTK Dave Ebbutt
Dave Ebbutt berpendapat bahwa model-model PTK yang ada
seperti yang diperkenalkan oleh John Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dan
sebagainya dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi, dalam model-model tersebut
masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat sehingga masih perlu
dibenahi.
Pada dasarnya Ebbutt setujuh dengan
gagasan-gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan Elliot tetapi tidak
setuju mengenai beberapa interprestasi Elliot mengenai karya Kemmis.
Selanjutnya Ebbutt mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan
oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk
menggambarkan proses aksi refleksi (actionreflection).
Dimulai dengan pemikiran awal penelitian yang berupa
pemikiran tentang masalah yang dihadapi di dalam kelas, penentuan
fokus permasalahan
Dari pemikiran awal dilanjutkan dengan
reconnaissance (pemantauan), pada bagian reconnaissance ini Ebbutt
berpendapat berbeda dengan penafsiran Elliot mengenai reconnaissance-nya
Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan fakta saja(fact
finding only). Padahal, menurut Ebbutt reconnaissance mencakup
kegiatan-kegiatan diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengakses
kemungkinan dan kendala atau mencakup secara keseluruhan analisis yang
dilakukan.
Berdasarkan pemikiran awal dan reconnaissance kemudian
dilanjutkan dengan menyusun perencanaan dan berturut-turut dengan kegiatan
pelaksanaan tindakan yang pertama, pengawasan dan pelaksanaan
reconnaissance, dan melanjutkan pelaksanaan tindakan kedua.
Pada siklus yang digambarkan oleh Ebbutt, dia
memberikan pemikiran bahwa jika dalam reconnaissance setelah tindakan ada
masalah mendasar yang dialami, maka perlu perubahan perencanaan pelaksanaan
dan kembali melaksanakan bagian siklus tertentu yang telah dijalani.
Bahkan tidak menutup kemungkinan pada pelaksanaan pengawasan
dan reconnaissance dilakukan perubahan pemikiran yang mengakibatkan seorang
peneliti kembali mengevaluasi pemikiran awal dan fokus penelitian yang
dijalankan.
[3]Menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses
penelitian tindakan ialah dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus
yang berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik
informasi di dalam dan di antara siklus. Deskripsi ini mungkin
tidak begitu rapih dibandingkan dengan membayangkan proses itu sebagai
spiral.
BAB III
Penutup
A.Kesimpulan
Dari desain yang dilukiskan di atas tampak bahwa penelitian
kelas merupakan proses perbaikan secara terus menerus dari suatu tindakan yang
masih mengandung kelemahan sebagaimana hasil refleksi menuju ke arah yang
semakin sempurna.
(1) perencanaan,
(2) pelaksanaan,
(3) pengamatan (observasi), dan
(4).refleksi
Untuk mengatasi suatu masalah,mungkin diperlukan lebih dari
satu siklus.Siklus siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan.Siklus
kedua dilakukan apa bila masih ada hal hal yang kurang berhasil pada siklus
pertama.Siklus ketiga dilakukan karena siklus kedua belum mengatasi
masalah,begitu juga siklus siklus berikutnya.
Daftar Pustaka
Modul
Penelitian Tindak Kelas,Paket 5.
Suladin,Bosrowi,Suranto,Manajemen
Penelitian Tindak Kelas.Insan cendekia,2002.
Wiriaatmadja,Rochiati,Metode
Penelitian Tindakan Kelas.PT Remaja Rosdakarya,2005.
http://suhadinet.wordpress.com/2009/06/08/langkah-langkah-ptk-menurut-kemmis-dan-mctaggart/
http://www.duniaedukasi.net/2010/10/model-model-desain-penelitian-tindakan.html
Post a Comment