Tuesday, 22 March 2016
–·•Ο•·–
المفعول فيه وهو المسمى ظرفا
Bab Maf’ul Fih yg
disebut Zharaf
اَلظَّرْفُ وقتٌ أَوْ مَكَانٌ ضُمِّنَا ¤ فِي بِاطِّرَادٍ كَهُنَا امْكُثْ أَزْمُنَا
Zhorof
adalah waktu atau tempat yg menyimpan makna “FI/di” secara Muth-thorid/kontinu,
contoh: “UMKUTS HUNAA AZMUNAA” = “tinggalah di sini beberapa
waktu..!”
–·•Ο•·– |
Contoh Maf’ul Fih dari Isim Zaman:
سافرت يوم الخميس
SAAFARTU
YAUMAL-KHOMISI = aku bepergian di hari kamis.
Contoh Maf’ul Fihi dari Isim Makan:صليت خلف مقام إبراهيم
SHOLLAITU
KHOLFA MAQOOMI IBROOHIIM = aku shalat di belakang Maqom
Ibrohim.
Lafazh YAUMA Isim Zaman dan Lafazh KHOLFA Isim
Makan, keduanya menyimpan makna FI/DI. Disebut Zharaf Zaman karena menerangkan
waktu pekerjaan terjadi, dan disebut Zhorof Makan menerangkan tempat pekerjaan
terjadi.
Disyaratkan juga bahwa Isim Zaman atau Isim Makan tersebut harus Muththorid
dalam menyimpan makna FI/DI yakni tetap permanen menyimpan makna FI dalam
situasi berbagai macam pekerjaan/fi’il yg masuk, seperti contoh:سافرت أو قدمت أو صمت أو خرجت يوم الخميس
Aku
bepergian, datang, puasa, keluar,… DI HARI
KAMIS.
Contoh Maf’ul Fih-Zhorof Zaman/Makan, dalam Al-Qur’an:أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ
Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan
(dapat) bermain-main (QS Yusuf :12)
وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَــها
dan agar
kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang
yang di luar lingkungannya. (QS. Al-An’am
:92)
1. Keluar dari definisi Isim Zaman atau Isim Makan, yaitu kalimah yg juga
menyimpan makna FI tapi bukan Isim Zaman dan bukan Isim Makan. Contoh
FirmanNya:وَتَرْغَبُونَ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ
WA
TARGHOBUUNA AN
TANKIHUUHUNNA
sedang kamu ingin mengawini mereka (QS. Annisa’ :127)
sedang kamu ingin mengawini mereka (QS. Annisa’ :127)
lafazh ” AN TANKIHUUHUNNA” adalah kalimah ta’wil
masdar yg menyimpan makna FI/di. Karena takdir ta’wil masdarnya adalah: وترغبون
في نكاحهن = WA TARGHOBUUNA FI NIKAAHIHINNA.
Maka lafazh ” AN TANKIHUUHUNNA” tidak nashob sebagai Zharaf karena bukan Isim Zaman dan bukan Isim Makan.
2. Keluar dari definisi menyimpan makna FI/di, yaitu Isim Zaman/Makan yg
tidak menyimpan makan FI/di. Demikian apabila terjadi sebagai Mubtada’ atau
Khobar atau Maf’ul Bih, dll. Contoh:Maka lafazh ” AN TANKIHUUHUNNA” tidak nashob sebagai Zharaf karena bukan Isim Zaman dan bukan Isim Makan.
يوم الجمعة يوم مبارك
YAUMUL JUM’ATI YAUMUN MUBAAROK = Hari Jum’at adalah Hari yg diberkati.
Kedua Lafazh “YAUMU” pertama sebagai Mubtada’ dan
kedua sebagai Khobar.
Contoh Firman Allah:وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ
WA
ANDZIRHUM YAUMAL-AAZIFAH* = Berilah mereka
peringatan dengan hari yang dekat (hari
kiamat) (QS. Al-mu’min : 18)
*lafazh “YAUMA” dinashobkan sebagai Maf’ul Bih
oleh Fi’il “ANDHIR”
3. Keluar dari definisi secara Muththorid/kontinu yaitu Isim Zaman/Makan yg
tidak Muththorid dalam menyimpan makna FI/DI. Contoh:دخلت البيت و سكنت الدار
DAKHOLTU
AL-BAITA, WA SAKANTU AD-DAARO = aku masuk kedalam rumah, aku tinggal di rumah.
Lafazh “AL-BAITA” dan “AD-DAARO” adalah Isim Makan
menyimpan makna FI tapi tidak Muththorid/kontinu yakni tidak pantas menyimpan FI
untuk semua Fi’il yg masuk, kerena itu tidak boleh mengatakan: نمت البيت – جلست
الدار NIMTU AL-BAITA – JALASTU AD-DAARO dengan maksud menyimpan makna FI.
Berbeda dengan masuknya fi’il “DAKHOLA” atau “SAKANA” yg mana keduanya terkadang
berlaku muta’addi sindirinya dan terkadang berlaku muta’addi sebab huruf Jar.
Maka Lafazh “AL-BAITA” dan “AD-DAARO” pada contoh (DAKHOLTU AL-BAITA, WA SAKANTU
AD-DAARO) tidaklah nashob sebagai Zharaf akan tetapi sebagai Maf’ul Bih.
0.000000 0.000000
Post a Comment