Friday, 29 January 2016
Hakikat Keterampilan Menulis
A. Pendahuluan
Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata
tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan
sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat
huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya
melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan
sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat,
perasaan, keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan
kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).
Selain itu, menulis juga merupakan
suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa
tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua
kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses
penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada pembaca dengan
simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama
oleh penulis dan pembaca.
Ada beberapa
persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-hasilkan tulisan
yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah
(1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap
kondisi pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan
menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-puan memeriksa
tulisan.
Menulis
berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan.
Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf,
dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan
kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin
dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat
agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa
yang digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui
bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.
Menurut
Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang
bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan
pung-tuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga
dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang
terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem
komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat
dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat
unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai
pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4)
pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu
proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna,
jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi kaidah gramatika.
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk
menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa
tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik
apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan
ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun
perencanaan penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e)
kemampuan memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri.
Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca
dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal.
Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan
penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan,
pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS
Poerwodarminto (1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa menulis adalah
melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai
dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada
pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pe-nulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh
pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang
diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa
yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan
dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga
dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi,
yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan
konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk
pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk
berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis
apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan, dan
perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor
antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan
(koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.
B. Menulis sebagai Suatu Proses
Pembelajaran menulis sebagai suatu proses di sekolah dasar
mengisyaratkan kepada guru untuk memberikan bimbingan nyata dan terarah yang
dapat meningkat-kan kemampuan menulis siswa. Hal ini dilakukan guru melalui
tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
(pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan evaluasi.
Kegiatan menulis merupakan
keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu
proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989)
menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan,
penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi
kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka
tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika
tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku
dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa
dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar.
Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat
meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan
gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk
memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur
kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk
memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa
menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan
teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi
sempurna.
Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan
menulis proses: pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga
siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan
ditulis, di benak siswa tergambar sejum-lah informasi yang akan ditulis.
Informasi yang tersimpan di benak siswa dituang-kan dalam sebuah tulisan dengan
bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan
gagasan dengan cara menghubungkan kalimat seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah
paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan
pustaka untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas
apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.
C. Tujuan Menulis
Kegiatan
menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu
untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi
pembaca, dan untuk meng-hasilkan karya tulis.
Jenis tulisan
menurut tujuan menulis sebagai berikut.
1) Narasi yakni
karangan/tulisan
ekspositoris
maupun imajinatif yang
secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa
perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2) Deskripsi yakni
karangan/tulisan
yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang situasi dan kondisi
suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan).
Penyampaiannya dilakukan secara objektif,
apa adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi
yakni karangan/tulisan
yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual
maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan,
menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif
yakni karangan/tulisan
yang secara spesifik menyampaikan infor-masi tentang sesuatu hal
(faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan mempengaruhi,
memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif:karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tu-
juan mempengaruhi, meyakinkan, dan
mengajak
D. Manfaat Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan
manfaat menulis mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2)
menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan
keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
1) Menulis
Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang
kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan
mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meli-puti (1) pengetahuan
tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam
racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan
pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan.
Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan
dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan
mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat
mengingat sampai evaluasi.
2) Menulis
Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai
sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik tulisan
yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, (2)
bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan
dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus
ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3) Menulis
Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan
kediriannya, ter-masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya
kepada publik. Kon-sekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih
penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif
ataupun negatif.
4) Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide,
gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan
diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu
dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak hal dengan
memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai tentang apa
yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya
sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk
mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap informasi yang diperlukannya. Untuk
keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi,
berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu dimaksudkan agar dapat
memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk
keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga
sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin.
Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah
ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi
minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang
ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat, di
antaranya (1) wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis
berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar,
berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi,
menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara
tertib dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas
walaupun gagasan yang tertulis me-mungkinkan untuk direvisi, (5) menulis
memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6) menulis yang terencana akan
membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.
E. Prinsip Menulis
Keterampilan menulis merupakan satu
keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan
menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan
dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih mengeluhkan bahwa masih
ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14)
mengemukakan bahwa untuk dapat me-netralisir keluhan para guru bahasa, maka
perlu diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang
pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya sekelompok
kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan
di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu
keterampilan yang harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa
meskipun dalam bentuk sederhana.
Selanjutnya menurut Rivers dalam
Parera dan Tasai (1995:15) mengemuka-kan keterampilan menulis merupakan satu
kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya
tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah. Keterampilan
menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh
semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu
diperhatikan. Belajar keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan
menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa,
(2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca, (3)
melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi
kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi dengan
tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran
menulis merupakan pembelajaran ke-terampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam
bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar,
berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip
prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak da-pat dipisahkan dari membaca. Pada
jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara
serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan
disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembel-ajaran tata tulis
atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis
berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis
ilmiah.
Berdasarkan perinsip-prinsip
pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran menulis adalah
sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) mem-buat ikhtisar, (4) menulis
laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7)
menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis
surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian,
kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10)
menulis poster dan iklan, (11) menulis berita, (12) melanjutkan tulisan, (13)
mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan , (14) mengisi formulir yang terdiri
dari: wesel dan cek, (15) menulis kuitansi, (16) menulis riwayat hidup, (17)
menulis lamaran kerja, (18) menulis memorandum, (19) menulis proposal/usul
penelitian, (20) menulis rancangan kegiatan, (21) menulis pidato/sambutan, (22)
menulis naskah, (23) menyusun formulir, (24) membentuk bagan, denah, grafik,
dan tabel, dan (25) menulis karya ilmiah.
F. Aspek Menulis Karangan
Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu
dikuasai pula oleh siswa. Sebab dengan penguasaan itu siswa dapat mengetahui
kekurangan dan kesalahan suatu karangan. Badudu (1992:17) mengemukakan yang
perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu (1) menggunakan kata dalam kalimat
secara tepat makna, (2) menggunakan kata dengan bentuk yang tepat, (3)
menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, (4) merangkaikan kata dalam frasa
secara tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat, (6)
merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat
dan baik, (7) menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat
karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi,
persuasi, argumentasi, (9) membuat surat (macam-macam surat), (10) menyadur
tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan (penelitian, pengalaman,
dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan
sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung), (13) mengubah
wacana ( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).
1) Jenis-jenis Mengarang
Pelajaran mengarang menurut Moeljono (1976:89) macamnya
adalah (1) mengarang surat, (2) mengarang cerita non fiksi, (3) mengarang
cerita fiksi, (4) mengarang lukisan keadaan, (5) menulis berita aktual, (6)
mengarang puisi, (7) mengarang esay, dan (8) mengarang naskah drama.
(1) Mengarang Surat
Surat merupakan
bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis. Perbedaannya dengan
percakapan biasa ialah karena dalam surat jawaban orang yang diajak berbicara
tidak dapat diterima secara langsung. Oleh karena itu bentuk bahasa dalam surat
dapat dikatakan mengarah-arah pada bahasa percakapan biasa.
Pada garis besarnya surat dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (1) surat kekeluargaan dan (2) surat
dinas. Yang dimaksud dengan surat kekeluargaan ialah surat yang dikirim dari
dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa dalam surat
kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang tertentu..
sedangkan surat dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada jawatan,
lembaga atau organisasi secara resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat dinas biasanya terikat oleh
pedoman dan tatatulis tertentu.
(2) Mengarang Cerita Non Fiksi
Yang dimaksud dengan cerita non
fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang ada/terjadi sungguh-sungguh. Karangan
non cerita fiksi menuliskan cerita yang berhibungan hal-hal yang ada di
sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan
demikain mengarang cerita non fiksi ialah menulis apa saja yang dilihat, apa
saja yang diketahui, dan apa saja yang dialami.
(3) Mengarang Cerita Fiksi
Yang dimaksud dengan mengarang
cerita fiksi ialah mengarang cerita berdasarkan atas buah rekaan atau
angan-angan saja. Cerita ini akan berupa suatu cerita pendek, fragmen,
atau sekedar lamunan mengarang saja. Oleh karena itu dasarnya adalah buah
rekaan, maka cerita ini dapat mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi
waktu senggang dengan lamunan yang produktif, (2) menghidupkan fantasi dan daya
kreasi, dan (3) mengembangkan bakat mengarang.
(4)
Mengarang Lukisan Keadaan
Yang
dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan suatu
situasi secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang lukisan keadaan
ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan pengamatan secra teliti
melalui kata-kata secara tepat. Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu
kenyataan. Karean sebagai suatu lukisan, maka kemampuan mengimajinasikan
kenyataan dalam bahasa yang indah dan mampu menyentuh perasaan sangat
diperlukan. Oleh karena itu karangan yang berupa lukisan keadaan mengarah
kepada gaya bahasa puisi atau prosa liris.
(5) Menulis Berita Aktual
Yang dimaksud menulis berita aktual
ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan cara menuliskannya menurut
tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam persuratkabaran. Jadi
berita aktual ialah suatu kejadian yang penting yang disampaikan oleh seseorang
untuk orang banyak secara tertulis.
Tujuan menulis berita aktual ialah
(1) membiasakan agar dapat menyampaikan peristiwa yang penting secara lengkap
dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan (2) mengembangkan bakat
kewartawanan.
(6) Mengarang Puisi
Puisi merupakan
hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi ialah (1)
menyalurkan dorongan melahirkan perasaan yang kuat, yang pada umumnya yang
terdapat pada diri masing-masing, (2) memberika latihan mengungkapkan perasan
dengan lambang-lambang kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan
berbahasa, (3) mengajar memberi kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu
senggang dengan kepandaiannya, (4) mencoba secara tidak langsung memahami
keadaan yang barang kali dapat dipergunakan untuk menolong memecahkan kesulitan
yang dihadapi, dan (5) membantu memperkembangkan bakat.
(7) Mengarang Esai
Yang dimaksud dengan esai ialah
karangan tentang suatu masalah yang pada suatu saat menarik perhatian seseorang
penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu pengetahuan,keagamaan, filsafat,
kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan mengarang esai ialah
membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah yang pada suatu saat menarik
perhatian orang.
(8) Mengarang Naskah Pidato
Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara
di hadapan publik, yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok orang, atau
kepada publik itu sendiri. Suatu piadato yang resmi memerlukan persiapan. Oleh
karena itu pidato disiapkan secara tertulis. Selanjutnya untuk melatih menyusun
naskah pidato perlu memperhatikan pidato yang akan disampaikan. Berdasarkan
yang disampaikan pidato dibedakan antara lain: (1) pidato penjelasan, (2)
pidato sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato keilmuan.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, M. 1988. Materi Dasar
Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura,
H.R. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menu-lis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan
Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud-Dikti
Keraf, G. 1997. Komposisi. Ende Flores
Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2002. Kompetensi
Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis
dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin: Sarjana Indonesia.
Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan
Menulis Paragraf. Malang: Tanpa Penerbit
Spandel, V. and Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers.
London: Longman.
Suparno. 2002. Keterampilan Dasar
Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT
Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta:
Depdikbud.
Post a Comment