Tuesday, 2 February 2016
Definisi Isim Mu’rob – Alfiyah Bait 18
وَمُعْرَبُ الأَسْمَاءِ مَا قَدْ سَلِمَا ¤ مِنْ شَبَهِ الْحَرْفِ كَأَرْضٍ وَسُمَا
Adapun Mu’robnya Kalimah-kalimah
Isim, adalah Isim yang benar-benar selamat dari serupa Kalimah Huruf seperi
contoh: “Ardhin” dan “Sumaa”.
Bait ini menerangkan bahwa Isim Mu’rob berlawanan
dengan Isim Mabni, artinya: dikatakan Isim Mu’rob karena tidak ada keserupaan
dengan Kalimah Huruf, baik Isim Mu’rob itu Shahih akhir tidak ada huruf illat
seperti أَرْض, (Ardhin : Bumi) atau Mu’tal yang diakhiri dengan
huruf illat seperti سُمَا (Sumaa : Nama, salah satu bahasa dari
kata ٌاسْم), juga Isim Mu’rob itu ada yang “Mutamakkin Amkan”
pantas tanwin dan mungkin (Isim Munshorif) seperti ُزَيْد ,
عَمْرٌو dan ada yang “Mutamakkin Ghair Amkan” pantas tanwin
tapi tidak mungkin (Isim tidak Munshorif) seperti ُأَحْمَدُ ,
مَسَاجِدُ, مَصَابِيْح . Sedangkan Isim Mabni
disebut “Ghairu Mutamakkin” sama sekali tidak pantas tanwin.
Fi’il Mu’rab dan Fi’il Mabni » Alfiyah Bait 19-20
وَفِـــعْلُ أَمْـرٍ وَمُضِيٍّ بُنِـيَا ¤ وَأَعْرَبُوا مُضَارِعَاً إنْ عَرِيَا
Fi’il Amar dan Fi’il Madhi, keduanya
dihukumi Mabni. Dan mereka Ulama Nahwu sama menghukumi Mu’rab terhadap Fi’il
Mudhari’ jika sepi…
مِنْ نُوْنِ تَوْكِيْدٍ مُبَاشِرٍ وَمِنْ ¤ نُوْنِ إنَــاثٍ كَيَرُعْنَ مَنْ فُـــتِنْ
…Dari Nun Taukid yang mubasyaroh
(bertemu langsung) dan Nun Jamak Mu’annats, seperti lafadz: Yaru’na Man
Futin.
Setelah sebelumnya menerangkan Mu’rob dan Mabni untuk Kalimah Isim,
selanjutnya pada dua Bait diatas Mushannif menerangkan Mu’rob dan Mabni untuk
Kalimah Fi’il.
Menurut Qaul
Madzhab Bashrah, bahwa asal-asal Kalimah Isim adalah Mu’rob sedangkan asal
Kalimah Fi’il adalah Mabni. Adapun menurut Qaul Madzhab Kufah, bahwa hukum
Mu’rob adalah asal bagi Kalimah Isim pun juga Kalimah Fi’il. Qaul yang pertama
adalah Qaul yang lebih shahih. Sedangkan nukilan Dhiyauddin Bin ‘Ilj dalam
kitabnya Al-Basith mengatakan: diantara sebagian Ahli Nahwu berpendapat bahwa
Mu’rob merupakan asal untuk Kalimah Fi’il, dan cabang untuk Kalimah
Isim.
FI’IL MADHI
Mufakat dalam hal kemabniannya
Walhasil, dari apa yang tersirat dari Bait Syair Mushannif, bahwa apabila Fi’il Mudhori tidak sepi dari Nun Taukid yang Mubasharah dan Nun Jamak Muannats, maka hukumnya Mabni. Ini merupakan pendapat Madzhab Jumhur Ulama Nahwu.
Menurut Madzhab Imam Akhfasy, bahwa Fi’il Mudhori’ yg bersambung dengan Nun Taukid baik Mubasyaroh atau tidak, tetap dihukumi Mabni. dan sebagian Ulama menukil, bahwa Fi’il Mudhari’ tetap Mu’rab sekalipun bersambung dengan Nun Taukid yg Mubasharah.
Adapun Fi’il Mudhori’ yang tersambung dengan Nun Jamak Mu’annats, hukumnya Mabni tanpa khilaf, ini menurut tukilan Kiyai Mushannif pada sebagian Kitab-Kitabnya. Akan tetapi tidaklah demikian, bahkan Khilaf tetap ada dalam hal ini. sebagaimana pendapat Ulama yang ditukil oleh Ustadz Abul Hasan bin ‘Ashfur dalam Kitabnya Syarah Al-Idhah.
Referensi:
Mabni Fathah apabila tidak bersambung dengan wau jama’ dan dhomir rofa’ mutaharrik, contoh:
Mabni Fathah Dzahiran:جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ
Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.Mabni Fathah Taqdiran:سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya.Mabni Dhommah jika bersambung dengan Wau Jama’ contoh:
قَالُوا سُبْحَانَكَ
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau”Mabni Sukun jika bersambung dengan Dhomir Rofa’ Mutaharrik (yaitu: Ta’ Fa’il, Naa Fa’il, Nun Mu’annats.) contoh:فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil).إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ
sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkauوَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.
FI’IL AMAR
Ikhtilaf dalam hal
kemabniannya, Mabni menurut Ahli Nahwu Bashrah dan Mu’rob menurut Ahli
Nahwu Kufah. dan yang lebih Rajih adalah hukum Mabni atas Jazmnya Fi’il
Mudhari’.
Mabni Sukun apabila Shahih Akhir dan atau bersambung dengan Nun Jamak Mu’annats. contoh:
قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan!…!وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat…!Mabni atas membuang Nun, apabila bersambung dengan Alif Tatsniyah atau Wau Jama’ atau Ya’ Muannats Mukhathabah. contoh:
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas…!حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’…!يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’…!Mabni Membuang Huruf Illat apabila Kalimah Fi’il Amar tsb Mu’tal Akhir. contoh:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik …!وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ
dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar …!يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ
Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah …!Mabni Fathah apabila bersambung dengan Nun Taukid. contoh:
اتركَنَّ الجدال
Sungguh tinggalkanlah! berbantah-bantahan …!
FI’IL MUDHARI’
Hukum Mu’rob untuk Kalimah Fi’il yaitu Fi’il Mudhari’, dengan syarat tidak bersambung dengan Nun Jamak Mu’annats atau Nun Taukid yang Mubasharoh (bersambung langsung).Contoh:Apabila bersambung dengan Nun Taukid yang Mubasyaroh (bersambung langsung), baik Nun Taukid tsb Khafifah (ringan, tanpa tasydid) atau Tsaqilah (berat, memakai tasydid) maka Fi’il Mudhari’ tsb dihukumi Mabni Fathah.
اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan >
Contoh:Apabila bersambung dengan Nun Jamak Muannats, maka Fi’il Mudhari’ tsb dihukumi Mabni Sukun.
كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ
sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah
Contoh:Apabila Fi’il Mudhori’ tidak bersambung secara langsung dengan Nun Taukid, seperti Fiil Mudhori’ yg bersambung dengan Alif Tatsniyah, artinya diantara Fi’il Mudhari’ dan Nun Taukid ada pemisah yaitu Alif Tatsniyah. Maka tetap dihukumi Mu’rob. tanda I’robnya sebagaimana FI’il Mudhori’ sebelum dimasuki Nun Taukid.
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’
Contoh:Demikianlah apa yang dimaksud dari perkataan Mushannif dalam Nadzom “…dan mereka Ulama Nahwu sama menghukumi Mu’rob terhadap Fi’il Mudhari’ apabila sepi dari Nun Taukid yang Mubasharah dan Nun Jamak Muannats…”.
هَلْ تَذْهَبَانَّ
Apakah kamu berdua benar-benar akan pergi ?Pada contoh ini lafadz تَذْهَبَانَّ asal lafadznya adalah تَذْهَبَانَنَّ berkumpul tiga nun, maka dibuang Nun yang pertama yaitu Nun Rofa’, alasannya berat karena tiga huruf yg sama beriringan.
وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
dan janganlah sekali-kali kamu berdua mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahuiDemikian juga Mu’rob, yaitu Fi’il Mudhori’ yang bersambung dengan Wau Jama’ atau Ya’ Mukhathabah karena ada pemisah antara Fi’il Mudhori’ dan Nun Taukid. contoh:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.”فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: Jika kamu melihat seorang manusia…
Walhasil, dari apa yang tersirat dari Bait Syair Mushannif, bahwa apabila Fi’il Mudhori tidak sepi dari Nun Taukid yang Mubasharah dan Nun Jamak Muannats, maka hukumnya Mabni. Ini merupakan pendapat Madzhab Jumhur Ulama Nahwu.
Menurut Madzhab Imam Akhfasy, bahwa Fi’il Mudhori’ yg bersambung dengan Nun Taukid baik Mubasyaroh atau tidak, tetap dihukumi Mabni. dan sebagian Ulama menukil, bahwa Fi’il Mudhari’ tetap Mu’rab sekalipun bersambung dengan Nun Taukid yg Mubasharah.
Adapun Fi’il Mudhori’ yang tersambung dengan Nun Jamak Mu’annats, hukumnya Mabni tanpa khilaf, ini menurut tukilan Kiyai Mushannif pada sebagian Kitab-Kitabnya. Akan tetapi tidaklah demikian, bahkan Khilaf tetap ada dalam hal ini. sebagaimana pendapat Ulama yang ditukil oleh Ustadz Abul Hasan bin ‘Ashfur dalam Kitabnya Syarah Al-Idhah.
Referensi:
Post a Comment