Friday, 1 January 2016

Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati
adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan
diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang
tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut
Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi
kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan
jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya
dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya,
kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar
menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah
dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang
apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang
lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Menurut
Harmoko (2005) Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali,
mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.
Jelas bila seorang indiovidu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih
bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau
mempunyai kesehatan mental yang baik.
Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian
kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain
rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang
dimaksudkan disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga
pelanggan. Realitas menunjukkan seringkali individu tidak mampu menangani
masalah–masalah emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan saja tidak
mampu memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan orang lain yang
berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dan konflik
antar pribadi.
Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi
yang lebih mengarah pada emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup
kecerdasan emosi lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif. Didukung
pendapat yang dikemukakan oleh Cooper (1999) bahwa kecerdasan emosi
memungkinkan individu untuk dapat merasakan dan memahami dengan benar,
selanjutnya mampu menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai energi
informasi dan pengaruh yang manusiawi. Sebaliknya bila individu tida memiliki kematangan
emosi maka akan sulit mengelola emosinya secara baik dalam bekerja. Disamping
itu individu akan menjadi pekerja yang tidak mampu beradaptasi terhadap
perubahan, tidak mampu bersikap terbuka dalam menerima perbedaan pendapat ,
kurang gigih dan sulit berkembang.
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan
emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri
sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan
efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur
penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri
sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial
(kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
Rujukan buku :
- Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga.
- Cooper Cary & Makin Peter, 1995. Psikologi Untuk Manajer. Jakarta: Arcan.
- Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
- Harmoko, R., Agung, 2005. Kecerdasan Emosional. Binuscareer.com
Artikel Kecerdasan Emosional – Pengertian, Definisi dan
Unsur-unsurnya pertama kali diterbitkan dunia psikologi pada 19 November 2008
Post a Comment